Layanan Ekstensi Perpustakaan Nasional RI kini menyelenggarkan kegiatan rutin baru melalui Layanan Pusteling. Kegiatan tersebut diselenggarakan setiap hari Minggu di lokasi&nbsp;car free day&nbsp;(CFD). Lokasi pertama yang dipilih untuk menyelenggarakan layanan Pusteling CFD yaitu area Monumen Nasional (Monas). Layanan Ekstensi berkolaborasi dengan pihak pengelola kawasan Monas untuk mengadakan layanan dengan tema “Gemar Membaca”. Tema tersebut merupakan salah satu kontribusi Layanan Ekstensi melalui Layanan Pusteling dalam kampanye meningkatkan kegemaran dan ketertarikan anak untuk membaca, belajar, dan meningkatkan kreatifitas melalui berbagai bahan bacaan yang sesuai.Berbagai kegiatan yang diselenggarakan Layanan Pusteling CFD di Monas, yaitu :<ol><li class="ql-align-justify">Kampanye Membaca&nbsp;“Read Me a Book – Yellow Apron Hastag Challenge”</li><li class="ql-align-justify">Koleksi buku anak</li><li class="ql-align-justify">Menggambar dan mewarnai bersama</li><li class="ql-align-justify">Menonton film bersama</li></ol>Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai jam 6 pagi sampai jam 11 siang. Selain itu, terdapat kegiatan pembagian hadiah hiburan kepada anak-anak yang memiliki gambar atau hasil mewarnai yang menarik. Hadiah hiburan juga diberikan untuk anak-anak yang berani untuk membacakan lantang sebuah cerita untuk kampanye “Read Me a Book”.

Keseruan Layanan Pusteling di Car Free Day (CFD) Monas

Medan Merdeka Selatan, Jakarta&nbsp;– Dalam kegiatan Perpusnas Expo tahun 2019 ini, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai lembaga negara dan pusat kegiatan literasi nasional berbasis inklusi sosial yang berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat mengadakan rangkaian acara-acara dan even terkait. Salah satu di antaranya adalah acara Anugerah Hadiah Sastera Rancagé yang secara teknis penyelenggaraan dilakukan oleh Bidang Layanan Koleksi Khusus, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, hari Kamis 12 September 2019.Acara ini terselenggara atas kerjasama Yayasan Kebudayaan Rancage dengan Perpustakaan Nasional RI. Yayasan Kebudayaan Rancagé sendiri merupakan lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pemeliharaan, pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra daerah, khususnya sastra Sunda, sastra Jawa, sastra Bali, sastra Lampung, sastra Batak dan sastra Banjar. Keberadaan yayasan ini bermula di tahun 1989 oleh prakarsa Ajip Rosidi, salah seorang tokoh sastra Sunda terkemuka.Hadiah Sastra Rancagé diberikan tiap tahun mulai tahun 1989 hingga tahun ini secara terus menerus. Pada tahun pertama, hadiah diberikan hanya kepada pengarang yang tahun sebelumnya menerbitkan buku karya sastra yang berkualitas. Namun sejak tahun kedua (tahun 1990), hadiah diberikan juga kepada orang atau lembaga yang besar jasanya dalam mengembangkan dan mempertahankan kehidupan bahasa dan sastra dalam bahasa ibunya. Dengan demikian, setiap tahun diberikan dua hadiah Sastera Rancagé, satu untuk karya dan satunya lagi untuk jasa. Artinya hadiah Sastera Rancagé untuk sastra Sunda sudah berlangsung selama 28 tahun secara terus menerus. Tahun 1994 Rancagé mulai memberikan hadiah untuk sastra Jawa, kemudian sastra Bali (1998), sastra Lampung (2008), sastra Batak (2015) dan sastra Banjar (2017). Dengan demikian, maka tahun 2019 ini merupakan tahun ke-31 dari keberlangsungan pemberian hadiah sastra Rancagé.Pada tahun 2019 ini hadiah rancage untuk sastra Sunda diberikan kepada Eris Risnandar, dengan karya kumpulan sajak yang berjudul “Serah,” diterbitkan oleh Penerbit Silalatu. Untuk sastra Jawa diberikan kepada Sunaryata Soemardjo, dengan karya novel berjudul “Tembang Raras ing Tepis Ratri,” diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Ilalang. Untuk sastra Bali diberikan kepada I Ketut Sandiyasa, dengan karya kumpulan cerpen berjudul “Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa.” Diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi. Sementara itu untuk pemberian Hadiah Sastra Rancagé 2019 untuk sastra Lampung, sastra Batak dan sastra Banjar pada tahun ini ditangguhkan hingga tahun depan. Karena pada tahun 2018 sebelumnya hanya terbit masing-masing dua judul dalam bahasa Lampung, bahasa Batak dan bahasa Banjar. Oleh karena itu maka tahun 2019 ini tidak ada Hadiah Rancagé untuk ketiga bahasa tersebut.

Anugerah Hadiah Sastra Rancagé 2019

Tanggal 17 Juni 2019, Bidang Layanan Koleksi Umum melakukan rapat bulanan yang dihadiri oleh Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi,&nbsp;<a href="http://intranet.perpusnas.go.id/acuan_kerja/direktori_pegawai/?box=detail&amp;id=557&amp;frombox=list&amp;hlm=1&amp;search_tag=sembarang&amp;search_keyword=teguh" rel="noopener noreferrer" target="_blank">Drs. Teguh Purwanto, S.IP, M.si.</a>&nbsp;Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Layanan Koleksi Umum,&nbsp;<a href="http://intranet.perpusnas.go.id/acuan_kerja/direktori_pegawai/?box=detail&amp;id=693&amp;frombox=list&amp;hlm=1&amp;search_tag=sembarang&amp;search_keyword=makarim" rel="noopener noreferrer" target="_blank">Luthfiati Makarim, SS., MM.</a>&nbsp;dan dihadiri oleh semua Ketua Kelompok Layanan di lingkungan Bidang Layanan Koleksi Umum.Rapat membahas perencanaan kegiatan di tahun 2019. Kepala Bidang Layanan Koleksi Umum menyatakan kerja kita di layanan harus berdasarkan nilai PASTI (profesional-akuntabilitas-sinergi-transparan-integritas). Ditambahkan bahwa nilai satu keluarga. Layanan bekerja seperti satu keluarga yang saling membantu.&nbsp;Sementara Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi memberikan arahan agar dengan Kepala Bidang Layanan Koleksi Umum yang baru kerja layanan yang lebih meningkat.

Rapat Bulanan Bidang Layanan Koleksi Umum

Jakarta, Subbid Otomasi – (17/06/2019), Dalam rangka peningkatan kemampuan mahasiswa tentang mata kuliah layanan perpustakaan, pada hari Senin tanggal 17 Juni 2019 empat mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah melakukan observasi terkait dengan layanan e-resources Perpustakaan Nasional RI. Pertanyaan yang diajukan oleh empat mahasiswi ini diberikanjawaban dan penjelasanya oleh Ibu Rifa Fadilah, S.Sos dan Bapak Abrar Nasbey, M.TI.

Observasi Layanan e-Resources Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Senin, 13 Desember 2021 Perpustakaan Nasional melalui Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara mengadakan kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) Pengusulan Naskah Nusantara untuk Ingatan Kolektif Nasional (IKON). Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk memilih naskah-naskah mana yang layak diajukan dan dijadikan sebagai ingatan kolektif nasional untuk selanjutnya dipilah dan diajukan untuk&nbsp;Memory of The World&nbsp;(MOW).Dalam FGD Pengusulan Naskah Nusantara untuk Ingatan Kolektif Nasional (IKON) tersebut dipaparkan beberapa naskah yang dianggap layak untuk diajukan sebagai ingatan kolektif nasional diantaranya Naskah Tuanku Imam Bonjol yang dipaparkan oleh Pramono, S.S., M.Si., Ph.D. Ia mengatakan bahwa naskah Tuanku Imam Bonjol memiliki potensi sebagai IKON dan MOW karena Naskah ini merupakan naskah asli dari penulis pertamanya yakni Naali Sutan Caniago dan satu-satunya di Dunia, dalam istilah filologi dikenal sebagai codex unicus. Sejauh ini manuskrip Tuanku Imam Bonjol belum pernah disalin, sehingga manuskrip ini menjadi penting baik secara fisik dan isinya.Naskah Tuanku Imam Bonjol memiliki signifikansi untuk diusulkan sebagai warisan dunia didasari atas pertimbangan sebagai berikut: a) pertama dari segi kepengarangan dan genre tulisan, karya ini merupakan hypogram dari tangan pelaku sejarah sendiri yang menulis untuk meluruskan peristiwa sejarah yang dialami langsung, b) memiliki relevansi yang kuat dengan konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan atau pra kemerdekaan Indonesia c) Naskah ini merupakan saksi atas lanskap sejarah kebudayaan Minangkabau pada abad ke-19, d) Terdapat narasi global dalam hubungan jaringan, paham keagamaan dan tren keislaman yang berkembang pada kurun abad ke-18 antara Timur Tengah dengan kawasan Asia Tenggara, e) otentisitas dan orisinilitasnya sebagai karya bertuliskan tangan satu-satunya, berbahasa Melayu-Minangkabau yang mengungkap fakta-fakta kemanusiaan pada zamannya berupa konflik sosial politik dan keagamaan, membuat naskah ini tidak tergantikan sebagai sumber rujukan yang dimanfaatkan bagi banyak kepentingan riset dalam dan luar negeri.Naskah berikutnya yang dipaparkan dalam FGD ini adalah naskah Amanna Gappa yang dipaparkan oleh Husnul Fahimah Ilyas MA. Hum. Naskah ini merupakan koleksi Perpustakaan Nasional dengan nomor koleksi: NB 27h, aksara lontaraq berbahasa Bugis, berukuran 20 x 33 cm, jumlah halaman: 150 halaman, media kertas Eropa. Naskah ini berisi cerita tentang utang piutang menggunakan mata uang real dan menguraikan pula doa-doa atau mantra-mantra peperangan (hal. 1-37). Kemudian menguraikan ramalan cuaca untuk orang yang mau pergi berlayar. Misalnya: tanda-tanda angin topan, angin ribut, hujan. Hal ini bertujuan agar para pelaut mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam pelayaran (hal. 38-39). Menguraikan pula undang-undang yang berlaku di daerah Wajo (hal. 40-46). Serta menguraikan obat-obatan tradisional berbagai macam penyakit dan cara penyembuhannya, catatan harian (hal, 55-150).Naskah Pararton juga dipaparkan dalam FGD ini oleh Agung Kriswanto, M.Hum yang pada tahun-tahun sebelumnya naskah ini sempat diajukan pula untuk dijadikan&nbsp;Memory of The World,&nbsp;namun belum menjadi prioritas pada saat itu. Naskah Pararaton ini merupakan salah satu sumber sejarah berdirinya kerajaan Singasari dan Majapahit, naskah tertua yang ditulis pada tahun 1600, didalamnya ada dua bagian teks, yakni mengenai kisah kelahiran Ken Arok sampai menjadi raja Singasari dan mengenai silsilah raja-raja Majapahit.Naskah terakhir yang dipaparkan dalam FGD ini adalah naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian (Ajaran Suci dari Kalangan Resi) yang dipaparkan oleh Aditia Gunawan, MA. Naskah ini merupakan naskah koleksi Perpustakaan Nasional RI dengan kode L 630 Peti 16 dan naskah kedua yang baru ditemukan dengan kode L 624 Peti 69 dan L 1** Peti 85. Yang melakukan publikasi pertama atas teks ini adalah Holle (1867) dalam laporannya tentang tiga naskah sumbangan Raden Saleh. Holle mengagumi teks ini sebagai karya Sunda yang “[…] paling luar biasa, karena berisi pelajaran untuk semua kelas masyarakat, dan dengan demikian memungkinkan banyak wawasan penting tentang rumah tangga asli di masa lalu. Itu untuk melayani banyak orang (koendangeun oerang reja) (†), untuk membawa kedamaian ke dalam wilayah, untuk memudahkan jalan, untuk memastikan keberadaan yang lama (di negara), dll., sehingga rumah-rumah dapat dihuni, lumbung diisi, ladang ditanami, dll..” bagi orang Sunda sendiri naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ini disebut sebagai Ensiklopedi Sunda karena berisi pedoman hidup milik masyarakat di kerajaan sunda yang memuat banyak nilai dari ajaran Hindu dan ajaran&nbsp;karuhun&nbsp;(nenek moyang) yang dipercaya telah ada sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Tatar Sunda. Selain itu juga, teks di dalamnya memuat pergaulan internasional dengan menyebutkan nama daerah di luar Sunda (nasional) dan di luar negeri (internasional), yang membuat naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ini memiliki signifikansi dunia.Dalam sesi terakhir FGD dipaparkan bentuk dukungan dari berbagai pihak terhadap kegiatan Ingatan Kolektif Nasional (IKON) untuk menjadi dasar pengajuan naskah-naskah untuk dijadikan&nbsp;Memory of The World&nbsp;(MOW) seperti dukungan dari MANASSA yang disampaikan lengsung dalam paparan Ketua Umum MANASSA yakni Dr. Munawar Holil, ia menyampaikan bahwa anggota MANASSA berjumlah 416 orang. Dari jumlah tersebut, kurang lebih 50% adalah para ahli di bidang pernaskahan Nusantara, yang tersebar dari DI Aceh di barat sampai dengan Provinsi Sulawesi Tenggara di timur.&nbsp;SDM Manassa tersebut mempunyai spesialisasi kepakaran tertentu dalam memahami keragaman naskah Nusantara.&nbsp;SDM yang kami miliki tersebut merupakan modal penting MANASSA untuk membantu Perpustakaan Nasioanal dalam memilih atau menyeleksi naskah Nusantara yang akan diusulkan sebagai IKON dan MOW.Selain itu juga, Perpustakaan Nasional menghadirkan tamu undangan yakni Drs. Dady P. Rachmananta, MLIS. beliau merupakan Kepala Perpustakaan Nasional RI pada periode tahun 2001-2009. Dari paparannya banyak hal yang bisa dijadikan sebagai pengalaman dan pembelajaran berharga bagaiman ketika dalam kepemimpinannya beliau mengusulkan naskah Negara Kertagama sebagai&nbsp;Memory of The World&nbsp;(MOW) hingga diterima, serta memberikan dukungan penuh pula untuk pengusulan Hikayat Aceh sebagai&nbsp;Memory of The World&nbsp;(MOW) pada tahun ini, besar harapan bahwa naskah Hikayat Aceh bisa diterima sebagai&nbsp;Memory of The World&nbsp;(MOW).

FGD Pengusulan Naskah Nusantara untuk Ingatan Kolektif Nasional (IKON)

Pengguna media sosial telah membentuk cara baru dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Media sosial memberikan cara yang lebih cepat dan tepat untuk berpartisipasi dalam pertukaran informasi dan pemenuhan kebutuhan informasi melalui daring. Dengan melihat efektivitas media sosial dalam membangun komunikasi dan interaksi dengan masyarakat, hubungan masyarakat pemerintah mau tidak mau harus mampu memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan perhatian dan dukungan publik yang lebih luas sehingga tidak semata-mata bertahan dengan cara-cara komunikasi yang konvensional.Tren post &amp; win atau giveaway marak di Indonesia terutama di platform sosial media. Biasanya mereka melakukan giveaway untuk mempromosikan produknya. Sebagai pengguna media sosial, adanya tren giveaway ini memberikan banyak sekali peluang. Pengguna media sosial harus mengikuti (follow) akun pemberi giveaway dan mengikuti syarat dan ketentuan yang telah dicantumkan. Giveaway hanya akan diberikan kepada akun yang beruntung setelah melalui proses seleksi atau penilaian tertentu. Konsep giveaway hampir mirip seperti undian yang memberlakukan syarat dan ketentuan tertentu.Giveaway sengaja diadakan untuk meningkatkan kepopuleran suatu produk atau jasa. Hal ini merupakan salah satu strategi pemasaran untuk meningkatkan engagement di Instagram. Menurut algoritma terbaru Instagram, tingginya engagement pada suatu postingan, memungkinkannya untuk menjangkau banyak orang. Sederhananya, konten yang mendapatkan like dan komentar yang banyak, berpotensi untuk dilihat banyak orang. Suatu konten tanpa like dan komentar, hanya mampu menjangkau 3% pengguna Instagram. Artinya, 97% audiens tidak bisa dijangkau.Tim sosial media telah mengadakan acara Post &amp; Win dengan berbagai macam tipe kegiatan tematik sebagai upaya memanfaatkan media sosial yang ada dan untuk memberikan tujuan serta manfaat yang akan didapatkan instansi. Maka dari itu, acara giveaway ini akan bertemakan Post &amp; Win Batch 1 “Keanggotaan Perpusnas”. Dimana sudah banyak orang yang menjadi member Perpusnas dan mempunyai kartunya. Banyak pula yang belum registrasi dan belum menjadi member Perpusnas, dimana kegiatan ini akan memacu masyarakat untuk lebih tahu dan paham tentang keanggotaan Perpusnas dan manfaatnya. Sehingga pada akhirnya akan lebih mengenal Perpusnas dan layanan yang ada di dalamnya serta ingin menjadi bagian dari Perpusnas.Post and Win Batch&nbsp;1 ini dilakukan di akun media sosial Instagram @perpusnas.go.id. Kegiatan Post &amp; Win diadakan pada tanggal 26- 30 Maret 2021 dan pemenangnya diumumkan pada tanggal 5 April 2021. Pembagian hadiah diberikan kepada 6 pemenang yang diserahkan secara langsung dan dikirim menggunakan ekspedisi. Dan pemenangnya juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti @rahayudegorie (Ternate), @farakhnasida (Kendal), @s.r_asih (Jakarta Utara), @faizdeja (Karawang), @ptrwdynngrm (Jakarta Timur), @kokoheza (Jakarta Selatan).

Keseruan Layanan Pusteling di Car Free Day (CFD) Monas

Pencarian

Berita Lainnya

Keseruan Layanan Pusteling di Car Free Day (CFD) Monas

Anugerah Hadiah Sastra Rancagé 2019

Rapat Bulanan Bidang Layanan Koleksi Umum

Observasi Layanan e-Resources Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

FGD Pengusulan Naskah Nusantara untuk Ingatan Kolektif Nasional (IKON)

Post And Win Batch 1 “Keanggotaan”

08.00-21.00 WIB

09.00-16.00

Tutup

Detail Berita

Keseruan Layanan Pusteling di Car Free Day (CFD) Monas

Pencarian

Berita Lainnya