Berita pujasintara

Perpustakaan Nasional RI Menggelar Lokakarya Koleksi Langka 2021

Image

Jakarta, 10 Februari 2021 – Perpustakaan Nasional RI menggelar Lokakarya Koleksi Langka dengan tema Rekam Jejak Perkembangan Pantun di Indonesia. Pantun merupakan tradisi budaya Indonesia ke-11 yang diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. UNESCO menilai pantun memiliki arti penting bagi masyarakat Melayu yang telah hidup lebih dari 500 tahun, bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial namun juga kaya akan nilai-nilai budaya dan agama yang menjadi panduan moral. 

Sebagai upaya melestarikan tradisi lisan tersebut, Layanan Koleksi Langka, Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara, Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Perpustakaan Nasional RI mengimplementasikannya dalam kegiatan Lokakarya Koleksi Langka Perpustakaan Nasional RI. Lokakarya diselenggarakan pada hari Rabu, 10 Februari 2021. Lokakarya diselenggarakan secara online Pukul 08.30 – 12.00 WIB. 

Lokakarya Koleksi Langka kali ini menghadirkan empat narasumber. Narasumber yang pertama yaitu Drs. Fitra Arda, M. Hum.  beliau merupakan Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam paparannya ia menyampaikan ada empat pokok penting yang menjadi kewajiban Indonesia setelah pantun mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda yaitu perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Dengan melakukan empat pokok upaya tersebut diharapkan pantun sebagai tradisi lisan dapar diwariskan dan digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Narasumber yang ke-2 yaitu Dr. Ardoni beliau merupakan Praktisi Budaya dan Seni dari Universitas Negeri Padang, dalam paparannya beliau menjelaskan bahwa pantun masuk dalam bidang kesusasteraan yaitu sastra lisan, tidak mengherankan apabila dokumentasinyapun sangat sedikit. Dalam ilmu sastra ada yang Namanya Metafora dan Simile, dua unsur ini berfungsi memperhalus sindiran, membuat pantun menjadi lebih enak didengar dan lebih santun. Sebagai upaya melestarikan pantun, pantun harus di jaga, diwariskan dan perpustakaan harus berperan dalam mendokumentasikan pantun. 

Narasumber yang ke-3 yaitu Dimas Aditya Nugraha, M. Si. beliau merupakan Praktisi Audio Visual dan Media Sosial KOMINFO, dalam paparannya beliau menjelaskan bahwa generasi Z memiliki penetrasi visual 3 detik. Jadi, apabila mereka melihat sebuah konten tidak menarik secara visual dalam hitungan 3 detik mereka akan pindah ke konten lainnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar tradisi lisan (pantun) yang sangat luar biasa ini bisa terus diwariskan ke generasi sekarang dan selanjutnya. Perlu cara yang lebih inovatif untuk sharing kepada generasi penerus sehingga pantun dapat mendapat tempat di hati mereka. Narsumber terakhir yaitu F.X Domini B.B. Hera atau yang lebih akrab dengan sapaan Cak Sisko beliau memaparkan materi tentang Parikan atau Pantun Jenaka ala Jawa Timuran. Menurutnya parikan menjadi penanda sebuah jaman, di era kontemporer seperti sekarang ini pantun selalu mendapat tempat di hati masyarakat baik melalui budaya populer di televisi, maskapai penerbangan dan juga lembaga bisnis lainnya yang tentunya berimplikasi secara finansial. 

Peserta lokakarya sangat antusias mengikuti acara ini. Beberapa peserta memberikan pertanyaan seperti proses diakuinya pantun sebagai warisan budaya tak benda dunia, ciri khas pantun di setiap daerah,  bagaimana cara melestarikan pantun di Indonesia bagi kalangan milenial, bagaimana perkembangan pantun jenaka di Jawa Timur dan sebagainya. Semua peserta Lokakarya Koleksi Langka ini juga diwajibkan untuk membuat karya pantun karangan mereka sendiri. Karya pantun mereka harus dikirim bersamaan dengan pengisian presensi. Semua karya pantun dihimpun menjadi sebuah kumpulan karya yang juga sebagai upaya Perpustakaan Nasional dalam melakukan pendokumentasian pantun. Pengumpulan karya pantun peserta diberi batas waktu sampai dengan pukul 15.00 WIB. Seluruh karya pantun yang terhimpun dari acara ini berjumlah 1.403 dari peserta lokakarya yang mengikuti melalui Zoom dengan kuota 1.000 peserta dan Channel Youtube Perpustakaan Nasional RI.

Pantun sebagai warisan budaya kita, walaupun budaya lisan tetapi perlu lebih banyak lagi didokumentasikan sesederhana melalui media sosial. Yang sangat diperlukan adalah regenerasi bukan hanya peringatan tetapi tugas utama kita adalah melestarikan. Simak dan ikuti terus media sosial Perpustakaan Nasional RI baik di facebook, youtube, twitter dan Instagram karena semua informasi kegiatan akan kita bagikan disana. Sampai jumpa di Lokakarya Koleksi Langka selanjutnya dengan topik – topik yang sangat menarik. Selalu jaga kesehatan dan terapkan protokol kesehatan dimanapun anda berada karena sehat adalah syarat bukan tujuan. Salam Literasi.