Berita pujasintara

Seri Diskusi Naskah Kuno Nusantara ke-19

Image

Medan Merdeka Selatan, Jakarta – Perpustakaan Nasional bekerjasama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) menggelar acara bulanan “Seri Diskusi Naskah Kuno Nusantara” yang kali ini membahas:

“Teks, Naskah, dan Skriptorium Wawacan: Studi Kasus Wawacan Samun”

Pembicara : Dr. Munawar Holil

Pakar Filologi Sunda, Universitas Indonesia & Ketua Umum Manassa

Wawacan ialah cerita panjang atau sejenis hikayat yang ditulis dalam bentuk puisi khas yang dinamakan dangdingDangding adalah ikatan puisi yang sudah tertentu untuk melukiskan hal-hal yang sudah tertentu pula. Dangding terdiri dari beberapa buah bentuk puisi yang disebut pupuh (Rosidi, 2013: 28). Genre ini masuk ke wilayah Sunda melalui dua jalur, yaitu kabupaten dan pesantren. Kabupaten dan pesantren yang menjadi tempat penulisan dan/atau penyalinan Wawacan melahirkan ciri naskah dan teks yang khas.

Dalam konteks perkembangan kesusastraan Sunda, genre ini pernah sangat populer dan dikenal meluas di masyarakat, terutama di masyarakat Priangan pada akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-20. Dalam bentuk naskah atau manuskrip, genre wawacan juga memperlihatkan jumlah yang relatif besar. Di antara 404 naskah Sunda koleksi Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, terdapat 72 naskah yang berisi teks ber-genre wawacan. Sementara itu, di antara 789 naskah Sunda yang disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, terdapat 114 naskah ber-genre wawacan. Jumlah ini dapat bertambah lebih banyak lagi jika naskah-naskah Sunda yang terdapat di koleksi masyarakat ditelusuri lebih lanjut.

Pembahasan tentang naskah-naskah ber-genre wawacan tersebut perlu dilakukan mengingat penting dan luasnya informasi yang terdapat di dalamnya. Kandungan naskah-naskah ber-genre wawacan tidak hanya berisi pengetahuan filosofis, kebudayaan, keagamaan, sejarah, bahasa, cerita rakyat, dan mantra, tetapi juga mengandung informasi tentang realitas sosial, hukum, ekonomi, dan politik yang menjadi fakta di masa lalu yang tentunya dapat dijadikan sebagai refleksi bagi masa kini.

Diskusi yang telah berlangsung ini dapat disaksikan kembali pada link: DISKUSI NASKAH SERI 19