Berita pujasintara

Viral Lato-lato, Perpusnas Beri Alternatif Permainan Tradisional dari Naskah Kuno

Image

Belakangan ini, siapa yang belum pernah dengar suara permainan lato-lato? Tidak hanya di kota besar, bahkan di berbagai pelosok desa suara lato-lato nyaring terdengar. Dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa pun ikut memainkan benda berupa bandulan kembar yang terbuat dari plastik tersebut.

 

Tapi taukah kalian dari mana asal permainan lato-lato? Dilansir dari Quartz, lato-lato adalah permainan asal Amerika Serikat yang dikenal pada tahun 1970-an dengan nama Clackers/clik-clacks/knockers. Lantas kenapa permainan itu bisa booming di Indonesia? Adakah permainan asli Indonesia yang juga bisa kita viralkan?

 

Perpustakaan Nasional RI mencoba mencoba mengungkap beberapa permainan tradisional Indonesia dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) Naskah Nusantara, Kamis, 26 Januari 2023. FGD seri ke-32 itu mengusung tema “Permainan Tradisional dalam Naskah Kuno dan Bacaan Anak Tempo Dulu”. “FGD ini merupakan fasilitas yang bisa digunakan masyarakat untuk mengakses informasi dari bahan perpustakaan, khususnya koleksi naskah kuno,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pusataka dan Jasa Informasi Perpustakaan, Mariana Ginting, dalam sambutannya mengatakan bahwa FGD ini merupakan fasilitas yang bisa digunakan masyarakat untuk mengakses informasi dari bahan perpustakaan khususnya koleksi Naskah Kuno.

 

FGD ini menghadirkan seorang pembicara dari Departemen Antropologi Universitas Indonesia, Salfia Rahmawati, dan Program Studi Sastra Sunda Universitas Padjadjaran, Taufik Ampera. Diskusi yang digelar secara daring ini diikuti 300 peserta secara daring.

 

Salfia menjelaskan, ada beberapa naskah Jawa koleksi Perpusnas yang memuat ragam permainan anak. “Di antaranya, naskah KBG 926, 927, 928 (Jongensspelen, Meisjespelen, Kaart-en Dobbelspelen),” ujar dia. Naskah yang dipaparkan Salfia memuat permainan anak laki-laki seperti kodhokan, glindhingan, coblekan, plinthengan, dan egrang. Salfia menambahkan, ada juga permainan anak perempuan seperti gobag sodor, gobag bunder, gobag gerit, dan malingan yeng yeng te.

 

Dari sisi kebudayaan Sunda, Taufik menjelaskan bahwa di dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Kresian (SSKK) tertulis banyak variasi permaianan tradisional yang pada zamannya dianggap sangat penting. “Sayangnya permainan yang diungkap dalam naskah SSKK sudah tidak dapat dikenali lagi di zaman sekarang,” kata dia

 

Taufik menambahkan, ada juga permainan dari bacaan yang populer di masyarakat Sunda pada jaman dulu, seperti dalam buku Roesdi Jeung Misnem. Beberapa permainan yang digambarkan di antaranya, titimplukan, kakariaanan, pepetasan, bebegalan, rarakitan, jajangkungan, dan kukuwehan. Benang merah dari kedua penjelasan narasumber tersebut akhirnya terungkap bahwa banyak permainan tradisional yang sama, meski dengan nama berbeda, namun di kenal di beberapa kebudayaan seperti Jawa dan Sunda.

 

Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, banyak sekali variasi pembahasaan atas respon para peseta diskusi yang menarik untuk didengarkan. Bagi Sahabat Perpusnas yang belum sempat mengikuti acara ini bisa menontonnya kembali dengan klik di sini

 

Penulis: Ram Marcellino (Pustakawan Kajian Naskah Kuno Nusantara)

Editor: Amri Mahbub Alfathon