Berita pujasintara

Tim Perpusnas Melakukan Pendaftaran dan Verifikasi Naskah Kuno di Kepulauan Riau

Image

Pada tanggal 5 sampai 9 April 2021, Tim dari Perpustakaan Nasional RI melakukan kegiatan Pendaftaran dan Verifikasi naskah kuno di Provinsi Kepulauan Riau. Tim ini beranggotakan empat orang, yaitu Ahmad Budi Wahyono (Pustakawan Ahli Muda), Indah Purwani (konservator), Haniatur Rosyidah (Pustakawan Ahli Pertama), dan Yosua Victor Sebastianta (Pustakawan Ahli Pertama). Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan data-data naskah kuno yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Data-data yang harus dihimpun meliputi: metadata naskah, kondisi fisik naskah, kondisi tempat penyimpanan, pemanfaatan naskah, dan komitmen pelestarian naskah dari pemiliknya. Selanjutnya, data-data tersebut akan dimasukkan ke dalam laman pernaskahan.perpusnas.go.id.

Kegiatan tersebut difokuskan di tiga lokasi. Dua lokasi berada di Pulau Penyengat, yakni (1) Yayasan Kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat, dan (2) Kediaman Raja Mohammad Syafarullah. Satu lokasi lainnya berada di Pulau Bintan yakni Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah.


Yayasan Kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat

Yayasan kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat didirikan pada tahun 1982 oleh Raja Ahmad Yunus, seorang zuriah dari Kerajaan Riau Lingga. Saat ini Yayasan Kebudayaan Indra Sakti dikelola oleh Raja Malik Afrizal, anak dari Raja Ahmad Yunus. Yayasan ini berperan menyelamatkan warisan intelektual Melayu dalam bentuk naskah kuno dan buku-buku lama, juga sebagai lembaga informasi kebudayaan. Sedikitnya ada 217 karya tulis koleksi yayasan ini. 39 di antaranya adalah naskah kuno. Koleksi lainnya berupa buku-buku cetakan lama serta hasil-hasil penelitian naskah kuno khususnya koleksi Yayasan Indera Sakti sendiri, baik dari dalam maupun luar negeri. Koleksi-koleksi tersebut disimpan di dalam gedung Balai Maklumat Pulau Penyengat.

“Naskah-naskah koleksi Yayasan Indera Sakti sebagian besar berasal dari koleksi Raja Haji Abdullah bin Raja Hasan bin Raja Ali Haji, seorang hakim serta penulis yang produktif pada masanya.” Ujar Raja Malik Afrizal kepada tim Perpustakaan Nasional RI.


Naskah Koleksi Raja Mohammad Syafarullah

Raja Mohammad Syafarullah atau yang biasa dipanggil Raja Farul adalah salah seorang zuriat Raja-raja Kesultanan Riau Pulau Penyengat. Beliau memiliki setidaknya 19 dokumen, tetapi dari dokumen tersebut hanya 5 yang merupakan naskah kuno. Selebihnya adalah buku-buku cetakan lama mengenai sastra dan kebudayaan Melayu Riau. Jumlah naskah sebenarnya lebih dari itu. Akan tetapi, karena sudah lapuk dan rusak termakan usia, naskah-naskah tersebut tinggal berupa lembaran fragmen yang tidak utuh dan tidak lengkap serta sulit diidentifikasi. Terkadang hanya tinggal potongan sebagian halaman saja.

“Naskah koleksi saya ini dulunya merupakan koleksi nenek saya yang bernama Raja Aisyah binti Raja Aladin. Ketika rumah peninggalan Raja Aisyah dijual, saya menyelamatkan satu kotak yang berisi buku dan dokumen-dokumen lainnya.” Cerita Raja Farul saat ditanya mengenai cara perolehan naskahnya.


Naskah Koleksi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah

Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah merupakan Museum Kota Tanjung Pinang yang saat ini menempati sebuah Gedung Cagar Budaya yaitu bangunan yang dibangun ada masa kolonial Belanda sebagai sekolah setingkat sekolah dasar pertama di Kota Tanjung Pinang dengan nama Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Nama museum ini diambil dari nama Sultan yang memerintah Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga pada tahun 1722-1760. Beliau adalah sultan yang sangat peduli pada pendidikan.

Naskah yang tersimpan di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah kurang lebih sebanyak 74 naskah. Naskah-naskah kuno tersebut didapatkan dari masyarakat dengan ganti rugi menggunakan APBD.